INDENPRES MEDIA ISTANA

Tuesday 27 September 2016

Bisakah Polisi Memberantas Tuntas Teror Begal Di jalan.

Semarang. Aksi begal sepeda motor seolah tanpa henti. Satu pelaku tertangkap. Tindakan kejahatan dengan kekerasaan ini mengundang keprihatinan. Para begal secara kejam, tega berbuat sadis demi mendapatkan sepeda motornya. Sangat miris sekali, mengingat para pelaku begal tersebut ini umumnya berusia produktif, umur 20 sampai 30 tahun bahkan ada 16 tahun.Dan tak jarang pula komplotan begal yang melibatkan pelaku berusia belasan tahun. Entahlah, apa yang ada dalam benak pikiran mereka ketikq berbuat sadis serta mengambil harta benda. Pelaku begal berbekal senjata tajam, bukan hanya sekadar untuk menakut-nakuti korban, mereka bisa tanpa kenal ampun melukainya bahkan membunuhnya. Umumnya, waktu kejadian ini pada malam hari. Di kota Semarang, lokasi kasus begal sepeda motor ini pun bukan lagi daerah pinggiran yang sepi dan gelap. Sejumlah kasus justru terjadi di tengah kota, dan bahkan terjadi di lokasi yang dekat dengan markas kepolisian. Sebelumnya, komplotan ini juga melakukan kejahatan di dekat rumah dinas Kapolrestabes Semarang. Dalam waktu lima bulan terakhir, sudah 13 kali komplotan ini beraksi di lokasi yang berbeda-beda. Selain sepeda motor, mereka juga merampas handphone korban. Warga pun pantas gemes. Bila menemukan pelaku curanmor atau bahkan melakukan begal, tak jarang mereka main hakim sendiri. Seperti yang terjadi pada hari Minggu lalu pada tanggal 25-9-2016 dini hari, warga menghadang komplotan begal yang berjumlah enam orang saat melintas di Dusun Krasak, Rowosari Krajan, Tembalang , Kota Semarang. Komplotan tersebut mengendarai tiga sepeda motor dan membawa senjata tajam berupa parang. Saat itu, komplotan tersebut memang sedang berkeliling mencari mangsa. Perkelahian tak terelakkan. Satu warga, Bagus Yulianto (20 ) terkena sabetan parang pada telapak tangan kiri. Adapun dua orang dari komplotan begal, yang diketahui bernama Rahmadani alias Doni (27 ) dan Arief (25) tewas setelah terjatuh dari tebing galian C setelah warga menghajar mereka. Sementara, kawanan pelaku lainnya akhirnya bisa diamankan oleh polisi. Tindakan kriminal ini biasanya berbanding lurus dengan latar belakang ekonomi. Kemiskinan ditambah dengan minimnya etos kerja serta mental yang lemah mendorong mereka menghalalkan segala cara. Bisa jadi, cara tersebut dipandang mudah untuk mendapatkan harta secara instan. Terlebih, saat ini, sepeda motor merupakan transportasi yang paling banyak digunakan masyarakat. Lalu lalang sepeda motor mudah ditemui dimana saja. Sepeda motor seharga belasan juta hasil kejahatan dijual ke penadah dengan kisaran seharga Rp 3 sampai Rp 5 juta, tanpa dilengkapi surat-surat kendaraan bermotor. Bagi warga, bayaknya kasus pembegalan ini bisa menjadi teror, terutama mereka yang seringkali beraktivitas di malam hari. Warga akan ketakutan bila melintas sendirian, terutama di lokasi gelap dan sepi. Dan, yang lebih terpenting, berani berbuat sesuatu ketika melihat gelagat mencurigakan para pelaku kejahatan. Minimal bisa segera melapor ke aparat kepolisian, bukan asal main hakim sendiri. Sangat berisiko bila niat baik untuk menghalau kejahatan, namun mengabaikan keselamatan sendiri. Pemetaan lokasi rawan kejahatan disertai peningkatan patroli petugas keamanan yang sangat dibutuhkan. Selain itu, partisipasi aktif warga juga sangat mendukung upaya ini. Kepedulian terhadap situasi keamanan lingkungan bisa menjadi upaya antisipasi tindakan kejahatan.*****